0

Bandang dalam Tangisan


Bandang itu datang

Setelah burung-burung

Tak lagi bisa hinggap

Di atas dahan-dahan

Yang ditebang

Oleh tangan-tangan yang rakus

Rakus pada harta dan kejayaan fana

Lihatlah di sana Tuan,

Betapa besarnya malapetaka

Yang datang

Karena tangan Tuan yang rakus

Lihatlah di sana Tuan,

Selaksa keindahan

Yang dulu bersemayam

Kini pupus tinggal kenangan

Hanya puing-puing sisa kehancuran

Yang kini menghiasi lembah kenangan

Tak pelak,

Ulah tangan Tuan yang rakus

Telah membuat mereka sengsara

Tidak lagi memiliki harta benda

Hanya bisa hidup di bawah tenda

Bayi-bayi yang baru dilahirkan

Harus rela tidur di atas matras

Yang tipis berselimutkan kedinginan

Ya, hanya kedinginan Tuan..

Yang mereka rasakan

Tak ada yang mampu mereka lakukan Tuan,

Hanya tangis yang mampu mereka ekspresikan

Dikala hujan seolah mengundang

Gemuruh hutan memuntahkan selaksa kehancuran.

0

ANTIK'05: Kisah Kita yang Ke-3


Coretan Tangan Saiful Fuadi


Bukanlah sebuah kewajiban
Bukan pula sebuah tuntutan
Tapi hanyalah sebuah kesadaran
Kesadaran untuk menulis semua tentang kita

Sahabat…
Tanpa terasa saat-saat indah itu datang lagi
Saat sahabat ANTIK’05 gelombang ke-II berjuang di sidang skripsi
Sebuah perjuangan akhir dalam menyelesaikan studi
Demi mendapatkan gelar S.Pd.I

30 Juli 2010 adalah hari penutupan sidang munaqasyah
Semua beban terasa sirna setelah munaqasyah selesai
Keceriaan sahabat begitu jelas terlihat dari raut wajah
Tertawa lepas, kegirangan, sampai cucuran air mata keharuan
Itulah sebagian kecil ekspresi terhadap kesuksesan yang telah dicapai

Berbagai peristiwa menarik terjadi pada sidang kali ini
Mulai dari sidang dalam ruangan yang sedemikian mini
Meja hijau pun harus dikelilingi oleh lemari-lemari
Sampai pada berantakannya alat peraga di sana sini
Suatu kondisi yang sangat menggugah hati

Belum lagi pada terbatasnya ketersediaan papan nama peserta sidang
Hanya satu yang ada, maka papan tulis di ruangan kuliah pun jadi solusinya
Penulisnya pun tidak ada, tapi itu tidaklah menjadi penghalang
Fakri “Dan” Kang Ezy lah yang turun tangan sebagai kreatornya

Hal unik kembali terjadi saat Bustami dan Mahdalaila dimeja hijaukan
Mereka disandingkan dalam sebuah peristiwa sidang munaqasyah
Bak dua mempelai yang akan melangsungkan sidang munaqahat
Yang sebelum-sebelumnya tidak pernah dilakukan

Yang lebih menariknya lagi peristiwa setelah sidang
Mungkin bukan sebuah kewajiban, tetapi hal itu sudah ditradisikan
Setiap kita yang baru selesai sidang harus melakukan sebuah syukuran
Mulai dari minum-minum di warung lesehan sampai pada makan siang di restoran
Itulah suatu ritual yang tidak pernah kita lewatkan

Sahabat…
Berbagai macam kekurangan terjadi dalam proses sidang kali ini
Namun, semua itu tidak menyurutkan semangat kita untuk menyelesaikan studi
Demi mencapai sebuah cita-cita yang hakiki

Sebuah kebanggaan bagi kita semua bisa jadi sarjana
Walaupun ada satu atau dua lagi yang masih dalam tahapan akhir
Mereka tetap menjadi kandidat sarjana selanjutnya

Bukan hal mudah bagi kita untuk menggapai semua itu
Semua butuh perjuangan, semua butuh dukungan dari berbagai pihak
Tanpa itu semua rasanya agak mustahil mencapainya

Namun, perjuangan kita belum usai sahabat
Kita masih punya tantangan kedepan yang begitu hebat
Ilmu yang kita dapatkan harus bisa diaplikasikan ke masyarakat
Agar kita bisa menjadi manusia yang bermanfaat

Sahabat…
Tidak perlu takut jadi pengangguran setelah kuliah
Banyak yang dapat kita lakukan dengan ilmu yang kita miliki
Jangan sampai ada kata-kata “What am I going to do? but I can't do anything”
Seperti sentilan dalam bait lagunya Sule Prikitiew
Ilmu yang kita miliki sangat dibutuhkan dalam masyarakat
Begitulah besarnya manfaat dari apa yang sudah kita raih sebelumnya
So let's going to do because We are can do anything

Banda Aceh, 5 Agustus 2010

5

Krisis Moral: Bom Waktu Bagi Kita Semua


Seperti hari-hari biasa, saya tidak pernah ketinggalan membuka situs-situs berita yang ada di tanah air. Terasa kurang kalau belum membaca ataupun mengikuti berita yang lagi hangat diperbincangkan atau lagi trending topic gitu deh. Banyak situs-situs yang saya kunjungi seperti Serambi Indonesia yang selalu mengupdate berita-berita di tanah kelahiran saya Aceh, situs warta era digital Detik, MetroTV, ANTARA, okezone, Kompas, Tempo Interaktif, Liputan6.com, Kapanlagi, Metropolis, loh..loh..loh...kok ga habis-habis ni, begitulah saking semangatnya saya mengikuti beritanya. Nah..pas tadi pagi saya buka Detik, pada tajuk utamanya tertulis “Belum Menikah, KD-Raul Dianggap Tak Pantas Berciuman”. Dengan sedikit rasa penasaran saya mencoba membaca ke bawahnya, ternyata KD itu Krisdayanti lo, mantan istrinya Anang Hermansyah itu, sedangkan Raul Lemos itu adalah pengusaha yang berasal dari Timor Leste, ternyata Raul itu masih berstatus suami orang lagi. Begitu mengetahui itu seorang Krisdayanti saya langsung teringat dengan DI3VA, KD adalah salah satu dari personelnya. Di awal berita itu tertulis penyanyi Krisdayanti dan kekasihnya, Raul Lemos, berciuman bibir saat menggelar jumpa pers Rabu (21/7/2010).

Tentu semua kita bertanya-tanya, pantaskah perilaku demikian diperlihatkah di depan umum?, pantaskah seorang public figur berperilaku demikian?. Mungkin masih banyak pertanyaan-pertanyaan semacam itu timbul dalam diri kita masing-masing. Namun yang paling menyedihkan lagi, perilaku mereka saat menggelar jumpa pers itu menjadi tontonan semua rakyat Indonesia, tidak terkecuali bagi anak-anak yang masih di bawah umur. Tentu hal yang demikian tidak kita inginkan, mungkin kita semua masih ingat kasus Ariel.Cs yang paling hot begitu cepat menyebar ke seluruh pelosok nusantara. Itu belum tuntas, lagi-lagi pesohor di negeri kita membuat sensasi. Sepertinya hal-hal yang demikian tidak tabu lagi di negeri kita tercinta, begitu ironi apabila kita mengingat bahwa Indonesia yang dikenal dengan negara yang manyoritas penduduknya menganut agama Islam, ternyata dinodai dengan hal-hal yang demikian. Pelakunya pun bukan orang sembarangan, akan tetapi orang-orang yang sudah terkenal, orang yang sudah diidolakan, orang-orang yang seharusnya menjadi panutan bagi orang lain. Dimanakah etika dan moral mereka, sehingga mereka begitu leluasa dan merasa tidak bersalah melakakukannya di depan publik. Mau di bawa kemana wajah Indonesia kalau kasus-kasus seperti Ariel.Cs ataupun KD-Raul begitu mudah terjadi, apalagi dilakukannya saat jumpa pers segala, bisa dibayangkan dalam hitungan menit bisa terekspose ke seluruh dunia.

Hal yang paling kita takutkan semua adalah suatu saat nanti perilaku-perilaku yang menyimpang dengan norma-norma agama Islam terjadi di depan khalayak ramai, seperti yang terjadi di negara-negara Eropa. Yang menjadi fokus kita dalam hal ini adalah kaula muda, mungkin kita semua tahu, kaula muda begitu cepat terpengaruh dengan budaya-budaya seperti yang diperlihatkan oleh KD-Raul tersebut. Karena alasannya hanya satu, “mereka saja yang sudah menjadi public figur begitu leluasa melakukannya di depan publik, kenapa kita tidak?”. Ini akan menjadi bom waktu bagi kita semua, setelah krisis moneter yang mendera Indonesia tahun 1997-1998 maka akan segera diikuti oleh krisis moral yang akan segera menyelimuti penduduk Indonesia, khususnya bagi kaula muda. Masya Allah, bisa dibayangkan kita hidup di negara yang manyoritas penganut Islam seperti hidup di negara Eropa. Orang ciuman bibir, pelukan di depan umum ataupun hal-hal semacam itu, sudah menjadi tontonan kita semua dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Mari kita semua secara bersama-sama memberantas perilaku-perilaku yang menyimpang dengan norma-norma agama minimal di lingkungan keluarga kita dulu, ini sebagai langkah awal kita mengantisipasi biar tidak terjadi krisis moral yang menjadi bom waktu bagi kita semua. Ini bukan suatu ajakan tetapi kesadaran kita masing-masing, apakah mengantisipasi atau membiarkan bom waktu itu yang bisa meledak kapan saja.

0

Nasihat keu Mahasiswa Baro


Coretan Tangan Mustafa Ibrahim Delima, SE

Assalamualaikum rahmatullah
Peuleumak kuah ngon aneuk kadra
Meu krue seumangat adoe meutuah
Katroh ta langkah keunoe u banda

Dari gampong jioh sileumpah
Keunoe ta langkah u kuta raja
U bak IAIN dengon Unsyiah
Tajak kuliah sambong sikula

Oh ka troh keunoe bacut lon peugah
Gata ka jeulah jeut Mahasiswa
Jeut keu mahasiswa leupah that sosah
Gata beutabah beurayeuk saba

Seunggoh meureunoe ngon peugot tugah
Adoe meutuah ngat got I P K
Beutatem deungon peu Dosen Peugah
Beujeumot langkah u bak pustaka

Bek gata adoe peugot masalah
Sayang that ayah seureuta poma
Hek that mita peng ngon reuoh reuah
Cari nafakah kirem keugata

Geujak u lampoh geu dereh geutah
Na nyang tueng upah bak ureung kaya
Geu ceumatok dalam blang luwah
U laot leupah kawe jeunara

Bah that tan keudroe han jeut masalah
Keu Aneuk meutuah teutap geupeuna
Beuna ta ingat pengorbanan ayah
Sabee lam sosah pike keugata

Reu oh nyang ka rhoe bek le ta tamah
Bek sampe nang yah geu rho ie mata
Saweub digata han lheuh kuliah
Reuoh nyang tumpah nyan sia-sia

0

Mana Duluan, Ayam atau Telur? Ini Jawabnya!


VIVAnews - Para ilmuwan berhasil menjawab salah satu tebak-tebakan tertua di dunia, mana yang lebih dulu, ayam, atau telur?

Melalui komputer super, tim dari Universitas Sheffield dan Warwick, Inggris menemukan jawabannya. Apakah itu? Ayam.

Kepada laman Harian The Sun, ketua tim peneliti menjelaskan bagaimana mereka berhasil memecahkan teka-teki tersebut.

"Apa yang kami temukan adalah 'kecelakaan' yang menyenangkan. Awalnya, tujuan penelitian kami adalah menemukan bagaimana binatang membuat cangkang telur."

Menurutnya, selama ini, masyarakat telah menganggap remeh ayam. Kami tidak menyadari proses luar biasa yang ditunjukan para ayam dalam proses pembuatan telur.

"Sadarkah Anda, ketika memecahkan kulit telur rebus di pagi hari, Anda sedang menyaksikan salah satu material luar biasa di dunia."

Cangkang telur memiliki kekuatan sangat luar biasa, meski beratnya sangat ringan. Manusia tak bisa membuat benda seperti itu, bahkan yang mendekatinya.

"Masalahnya, kita tak tahu bagaimana ayam membuat cangkangnya."

Tim peneliti lalu menggunakan komputer super milik Dewan Riset Sains Inggris (UK Science Research Council) yang berbasis di Edinburgh. Komputer itu dinamakan HECToR (High End Computing Terascale Resource).

"Kami ingin menelusuri bagaimana telur terbentuk, dengan melihat proses detail telur secara mikroskopis."

Yang pertama dicari adalah, mengetahui 'resep' yang digunakan ayam untuk membuat cangkang telur.

"Dengan bantuan komputer canggih, Kami memecahkan masalah ini selama berminggu-minggu. Sementara, ayam bisa menyusun cangkang itu hanya dalam semalam."

Lucunya, pemilihan cangkang telur ayam sebagai fokus penelitian benar-benar tak disengaja. Para peneliti memilih telur ayam karena proteinnya sederhana untuk ditelaah.

Namun hasilnya ternyata sangat mengejutkan. "Kami memecahkan teka-teki sepanjang masa. Ini mengagumkan."

Hasilnya, ditemukan protein khusus yang ada di tubuh ayam. Protein itu adalah adalah 'tukang bangunan' tanpa lelah, menyusun bagian-bagian cangkang mikroskopis membentuk cangkang telur.

Protein itu menginisiasi proses pembentukan cangkang sebelum menyusun bagian telur yang lain.

Tanpa protein pembangun tersebut, telur tak mungkin terbentuk. Dan, protein itu hanya ditemukan di rahim ayam. "Itu berati ayam ada duluan sebelum telur."

Tapi, dari mana ayam berasal?

Beberapa teori mengatakan, nenek moyang ayam menciptakan telur zaman Dinosaurus.

"Penemuan kami sangat potensial. Sebab, cangkang telur dibentuk dari banyak kristal kecil. Kita bisa menggunakan informasi ini untuk mengetahui cara membuat dan menghancurkan struktur kristal lainnya."

Sebagai contoh, untuk menghilangkan kerak di ceret maupun pipa. Penelitian ini juga berimplikasi medis.

"Karena tubuh kita menggunakan metode yang sama untuk membuat gigi dan tulang, kita bisa belajar lebih banyak tentang bagaimana membangun kembali tulang manusia." (adi)

0

Potong Bebek Angsa


Setelah mengayuh sepeda ontel dengan jarak tempuh 0,5 Km, sampailah Lufi dan ayahnya di sebuah sekolah yang tidak begitu terkenal dan muridnya pun tidak begitu banyak. Sebuah sekolah yang terletak di pinggiran kampung yang dikelilingi oleh hamparan sawah yang luas, terlihat di halaman depan sekolah itu terpancang satu papan nama yang sudah lapuk dimakan oleh rayap, pada papan tersebut tertulis SDN 4 Meureudu. Itulah sekolah yang akan menjadi tempat Lufi menuntut ilmu. Orang tuanya tidak mau mendaftarkan Lufi di sekolah yang dekat rumahnya tetapi Lufi didaftarkan di sekolah yang agak jauh dengan rumahnya. Itu sengaja dilakukan biar Lufi bisa serius dalam belajar dan tidak cepat-cepat pulang ke rumah.

Begitu sampai di sekolah, ayah Lufi langsung menuju ke ruang guru yang berukuran 9x 8 meter.

“Assalamu’alaikum…”ayah Lufi mengucapkan salam kepada dewan guru yang berada di dalam ruangan, guru-guru yang di dalam pun serentak menjawab:

“Walaikumsalam,,,”
“masuk Pak..ada yang bisa kami bantu??” sambung salah satu guru yang mau melayani keperluan Lufi datang ke sekolah itu.

“tempat pendaftaran murid baru dimana Bu..??” tanya ayah Lufi pada guru tersebut.

“Oo…pendaftaranya sudah ditutup, tapi bapak masuk saja ke ruangan sebelah, nanti bapak akan berjumpa sama Pak Ahmad” jawab guru itu sambil menunjukkan ruang di sebelah kirinya.

Mereka pun bergegas menuju ke ruangan sebelah, di sana sudah terlihat seorang bapak-bapak yang berambut putih, kepalanya sudah sedikit botak di bagian depannya dan memakai kacamata. Bapak itu lagi mendata murid-murid baru di buku induk sekolah, rupanya Pak Ahmad adalah ketua panitia penerimaan murid baru di sekolah tersebut. Langsung saja mereka mengucapkan salam pada Pak Ahmad:

“Assalamu’alaikum…”

“Walaikumsalam…silahkan masuk” jawab Pak Ahmad sambil mempersilahkan mereka masuk ke dalam.

Sepertinya Pak Ahmad sudah mengetahui maksud kedatangan mereka ke ruangnya.

“mau mendaftarkan anaknya di sekolah ini ya Pak??” tanya Pak Ahmad pada ayah Lufi yang sedang duduk di depan mejanya.

“iya,,,saya ingin mendaftarkan Lufi di sekolah ini” jawab ayah Lufi dengan suara sedikit agak tertahan.

“pendaftarannya sudah ditutup seminggu yang lalu, saat ini bahkan proses belajar mengajarnya sudah berlangsung, tapi tidak apa-apa anak bapak tetap bisa sekolah di sini” begitulah jawab Pak Ahmad beserta sedikit penjelasannya kepada ayah Lufi.

“nama anaknya siapa pak??” tanya Pak Ahmad lagi sambil melihat ke arah Lufi lewat celah-celah kacamatanya.

“namanya Lufias…”jawab ayah Lufi dengan penuh harapan supaya Lufi bisa sekolah di situ.

Proses pendaftarannya pun tidak begitu lama, Pak Ahmad hanya mengisi biodata Lufi di buku induk sekolah. Karena sudah telat mendaftar, langsung saja Pak Ahmad mengantar Lufi di kelas yang paling ujung yaitu kelas I di ikuti oleh ayahnya di belakang. Sesampai di depan pintu kelas, wajah Lufi terlihat sedikit murung, tidak jelas kenapa pada hari itu dia tidak terlihat ceria. Ternyata pas sekali, yang sedang mengajar saat itu adalah ibu wali kelas pada kelas I yaitu Ibu Marlina.

“Assalamu’alaikum…permisi sebentar Bu” begitu Pak Ahmad memberi salam kepada Ibu Marlina dan meminta permisi sebentar.

“Walaikumsalam,,iya Pak kenapa?” jawab Ibu Marlina tersebut sambil bertanya ada apa beliau dipanggil.

“ini ada murid baru,,tolong disediakan kursi biar dia bisa belajar” sambung Pak Ahmad sambil membelai kepala Lufi.

Setelah menyerahkan Lufi kepada wali kelasnya, Pak Ahmad langsung kembali ke kantornya, sedangkan ayah Lufi juga mau berpamitan pulang. Dengan seketika Lufi bertanya:

“ayah mau kemana?” wajah Lufi terlihat begitu murung.

“ayah mau pulang nak…kerjaan di sawah masih banyak” jawab sang ayah sambil menoleh ke arah Lufi.

“kalau ayah pulang, Lufi juga akan pulang,…Lufi ga mau di sini” jawab Lufi dengan perasaan sedikit emosi.

“ya sudah…ayah akan di sini sampai Lufi pulang sekolah” jawab ayahnya sambil membujuk Lufi agar masuk ke ruangan kelas.

Di dalam rungan, Lufi disuruh duduk di meja paling depan bersama seorang murid laki-laki yang sudah lebih duluan sekolah daripada Lufi. Aldin, itulah kawan pertama Lufi di sekolah. Di belakang Lufi ada Makmur bersama Munzir, Surya bersama Nawar dan paling belakang sekali terlihat laki-laki kerdil yang berkulit hitam manis, itulah Munir yang terlihat sibuk dengan buku coretannya. Di sebelah kanan berjejer bangku murid perempuan, paling depan ada Anita dengan Nazira, di belakangnya ada Munira dengan Lina, dan di bagian paling belakang sekali ada Miftah. Walupun sudah di kelas, wajah Lufi tetap terlihat murung, sampai-sampai Aldin kawan di sampingnya sesekali mencoba menghiburnya dengan beberapa lagu yang sering dinyanyikan oleh anak-anak sebayanya ditingkat SD.

Potong bebek angsa, masak di kuali…
Nona minta dansa, dansa empat kali…
Dorong ke kiri, dorong ke kanan
La..la..la..la..la..

Begitulah bait lagu yang sering dinyanyikan oleh Aldin untuk membuat Lufi tidak murung lagi. Aldin lah yang pertama memperkenalkan lagu Potong Bebek Angsa pada Lufi. Saat dia menyanyikannya, Lufi terlihat sudah sedikit agak ceria, sepertinya Lufi mau diajari lagu itu oleh Aldin.

“kamu jangan cemberut lagi ya,,,nanti aku ajari lagu potong bebek angsa” begitulah bujuk Aldin untuk membuat Lufi ceria.

Senyum lebar pun terlihat dari wajah Lufi, sambil menjawab:

“iya…Lufi ga cemberut lagi..tapi nanti ajari Lufi lagu Potong Bebek Angsa ya…” begitulah jawaban Lufi dengan penuh harapan Aldin mau mengajarinya.

Pada hari pertama sekolah, Lufi cukup beruntung memiliki kawan seperti Aldin yang mau mengajarinya bernyanyi, ada Makmur yang pertama mengajarinya menghitung lidi. Tak hanya itu, ada Munzir, Nawar serta Munir yang selalu membuatnya tertawa, Surya yang sedikit agak pendiam juga selalu menjadi kawan baik bagi Lufi saat waktu istirahat tiba. Hal lain yang membuat Lufi sedikit lebih ceria adalah dia selalu bisa curi-curi pandang ke arah samping kanannya, di sana terlihat ada Anita dan Nazira yang terlihat tekun mengikuti pelajaran. Sampai pada saat lonceng berbunyi tiga kali, pertanda waktu pulang sudah tiba, Lufi pun sudah terlihat ceria dan ayahnya yang dari tadi pagi sudah menunggu juga ikut ceria. Ayahnya pun segera mengambil sepeda ontel yang tadi diparkirkan di samping pagar sekolah, Lufi pun diboncengi di belakangnya. Dengan penuh semangat ayahnya kembali mengayuh pedal sepeda ontelnya untuk menuju ke rumah yang berjarak 0,5 km dari sekolah.

0

Bocah yang Susah Diajak Untuk Sekolah


Wajah lugu begitu jelas terlihat dari seorang bocah laki-laki yang berumur lima tahun setengah itu. Bocah pemalu yang berkulit hitam, badannya kurus, rambut lurusnya terlihat begitu lusuh dan teracak-acak bagai seminggu tidak pernah disisir. Dialah Lufias yang sehari-hari menghabiskan waktunya dengan bermain-main sesama kawan-kawan seumurannya. “Lufi” begitulah biasa dia dipanggil, hampir tiap hari tidak pernah ketinggalan bermain petak umpet, main kelereng, main galah maupun permainan anak-anak lainnya.

Kadang-kadang sambil bermain, sesekali Lufi menoleh ke tempat ibunya berjualan di kantin sebuah sekolah dekat rumahnya. Di sanalah tempat ibunya sehari-hari mengais rezeki, sedangkan ayahnya hanyalah pekerja serabutan, kadang ada kadang tiada sama sekali kerjanya. Walaupun demikian orang tuanya tidak patah arang dalam mendidik anaknya untuk sukses dan mengecap ilmu pengetahuan setinggi-tingginya mulai dari bangku sekolah sampai ke perguruan tinggi. Hanya Lufi yang belum mengenal bangku sekolah, beda dengan kawannya yang dari keluarga berada, mereka sudah duduk di bangku TK. Sedangkan kakak Lufi sudah kelas IV SD dan abangnya sudah kelas XI SMA.

Lufi sedikit beda dari kawan-kawannya, dia lugu dan sedikit penakut. Waktu umurnya baru menginjak 6 tahun, orang tuanya ingin mendaftarkannya ke bangku sekolah dasar. Sampai suatu pagi hari ayah Lufi mengajaknya:

“nak…besok kamu ayah daftar di SD ya…”

Ibu Lufi yang saat itu sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi, serta menyiapkan berbagai macam kue untuk barang dagangannya di kantin sekolah juga turut mengajak Lufi:

“iya, benar kata ayah,,Lufi besok harus daftar di SD,,kamu kan sudah gede,,”

Dengan wajah sedikit cemberut Lufi begitu lantang dan keras bersuara:

“ enggaaaaaaaaaaakkkkkkk….Lufi ga mau sekolah…walaupun ayah maksa, Lufi tetap ga mauuuu…”

Begitulah jawaban Lufi saat ayah mengajaknya untuk sekolah. Mungkin dia belum mengetahui betapa mulianya niat sang ayah kepada anaknya. Lufi belum mengetahui betapa pentingnya menuntut ilmu, yang kelak sangat berguna dalam kehidupan di masa depannya. Tanpa marah dan kesal, ayahnya membelai kepala Lufi dan mengelusnya, sambil bertanya:

“Lufi mau pintar seperti B.J.Habibie nggak?”

Sambil sedikit bingung dengan pandangan menerawang ke atap rumahnya yang penuh dengan jaring-jaring spiderman. Mungkin dia lagi berfikir track recordnya seorang B.J.Habibie yang saat itu menjabat sebagai Menristek di bawah kabinet pembangunan era presiden Soeharto pada masa Orba. Sejenak setelah pandangannya menerawang, lantas Lufi menjawab:

“alaaa….pokoknya nggakk, Lufi ga mau sekolah…”

Ternyata jawaban Lufi masih sama seperti yang tadi, dia tetap pada prinsipnya tidak mau sekolah. Ayahnya pun tidak mau memaksanya lagi, karena tidak ingin membuat Lufi menangis. Sambil mengelus kepala Lufi, ayahnya pun beranjak mengambil makanan yang telah di siapkan oleh ibu Lufi dan menyantapnya sebagai sarapan pagi. Setelah itu ayahnya bergegas mengambil peralatan cangkul yang berada tapat di samping pintu belakang rumah dan pergi menuju pematang sawah, sedangkan ibunya setelah menyiapkan sarapan langsung menjajakan dagangannya di kantin sekolah dekat rumah untuk mendapatkan penghasilan tambahan.Hari terus berlalu bulan terus berganti, sampai pada suatu saat di bulan Agustus 1994, pada saat itu perayaan HUT RI ke-49 hampir dekat. Ibu Lufi kembali mengajaknya untuk mau sekolah, tapi Lufi tetap pada pendiriannya dia tidak mau sekolah. Berbagai cara maupun bujuk rayu telah dilakukan oleh orang tua Lufi.

Menjelang perayaan HUT RI ke-49 berbagai persiapan terus dilakukan mulai dari gotong royong masal sampai latihan pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka) anak tingkat SMA yang dilatih oleh anggota koramil setempat. Seperti biasa, sebelum melatih paskibraka para anggota koramil rutin melakukan jogging di sepanjang jalan dekat rumah Lufi, kebetulan rumah Lufi terletak dipinggir jalan menuju ke arah ibukota kecamatan. Sampai pada suatu pagi hari terlihat beberapa anggota koramil melakukan jogging, satu diantara mereka terlihat begitu garang wajahnya, kulitnya hitam legam, berambut cepat dan berperawakan tinggi besar. Ibu Lufi yang tadinya begitu susah membujuk Lufi untuk sekolah, setelah melihat anggota koramil yang jogging pada pagi hari itu langsung timbul sebuah ide untuk mempengaruhi Lufi agar mau sekolah.

“Lufi…kamu mau sekolah nggak??”

Begitulah ajakan yang dilontarkan Ibunya untuk mengajak Lufi supaya mau bersekolah. Seperti biasa Lufi membalas dengan jawaban seperti dulu-dulu yang pernah dia ucapkan.

“kan Lufi sudah bilang pada Ayah ma Ibu,,bah Lufi ga mau sekolah….”

Setelah mendengar jawaban Lufi yang terlihat begitu kesal, lantas ibunya langsung mempergunakan situasi pagi hari itu. Sambil membuka pintu depan rumah, Ibunya menunjukkan ke arah depan rumah, di situ sudah terlihat anggota koramil yang tadi sedang jogging sedang beristirahat sambil ngobrol-ngobrol sesama anggotanya. Langsung saja Ibunya berkata:

“kalau Lufi ga mau sekolah, nanti Ibu kasih sama tentara itu biar kamu dibawa sama mereka…mau nggak Lufi sekolah?”

Wajah memucat mendadak keliahatan di rona wajah Lufi, matanya yang bulat terbelalak melototi anggota koramil yang terlihat garang tadi, keringatnya pun terlihat sudah sedikit muncul di bagian alis matanya. Tanpa disadari ketakutan Lufi muncul, dia bukan takut pada ancaman Ibunya, melainkan takut melihat wajah garang anggota koramil yang tadi. Dengan perasaan yang penuh dengan ketakutan Lufi menjawab:

“Lu..Lu..Lufi mau sekolah Bu..mulai besok Lufi akan sekolah..”

Dengan wajah tersenyum Ibunya langsung memeluk Lufi, inilah moment yang sangat ditunggu-tunggu oleh orang tua Lufi. Beberapa bulan dibujuk Lufi tetap tidak mau sekolah, toh pada akhirnya dengan adanya anggota koramil yang jogging dipagi hari Lufi langsung membulatkan tekatnya untuk sekolah. Setelah memeluk Lufi sekitar beberapa menit, Ibunya langsung ke dalam rumah dan membuka lemari untuk melihat baju putih serta celana merah bekas abang Lufi dulu untuk dipakai kembali oleh Lufi biar bisa bersekolah besok.

Keesokan pagi harinya, Lufi sudah terlihat memakai baju putih tapi sudah sedikit kekuningan dipadu dengan celana merah pendek yang terlihat bekas tempelan di belakangnya. Itulah awal mula Lufi menjadi anak sekolahan. Ayah Lufi pada pagi itu juga lagi mempersiapkan alat transportasi untuk mengantarkan Lufi ke sekolah. Ayahnya membersihkan sepeda ontelnya yang dulu jarang dibersihin, begitu bersemangatnya seorang ayah yang mau mengantarkan anaknya untuk didaftarkan di sebuah sekolah. Setelah siap semuanya, Lufi pun di boncengi di belakang sepeda ontel ayahnya. Wajah Lufi saat itu sedikit agak cemberut, tidak jelas kenapa pada pagi itu dia begitu murung. Lufi bersalaman dengan Ibunya dan Ibunya pun mencium Lufi di keningnya sambil berkata “jadilah orang yang pintar ya nakk…”. Sambil melambai-lambai tangan ke arah istrinya, Ayah Lufi mengayuh sepeda ontelnya dan bergegas menuju sekolah yang di tuju, Ibu Lufi pun terus memandang anaknya dengan penuh harapan anaknya kelak menjadi orang yang sukses serta berguna bagi nusa dan bangsa.

2

Aku Jadi Sarjana: Penantian Panjang Selama 4,2 Tahun


Syukur alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT, karena pada hari Sabtu tanggal 6 Maret 2010 kemarin akhirnya saya diwisuda. Setelah 4 tahun 2 bulan 6 hari berjuang menimba ilmu di Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ar-Raniry. Rasa senang dan bangga saya rasakan ketika Bapak. Prof. Dr. Farid Wajdi Ibrahim, M.A. (Rektor IAIN Ar-Raniry) menyerahkan map ijazah yang berwarna hijau tua (maksudnya ijazahnya nyusul belakangan..hehe), diteruskan Bapak. Dr Muhibbuthabary (Dekan Fakultas Tarbiyah) memindahkan tali topi toga kebesaran IAIN Ar-Raniry dari kiri ke kanan yang secara simbolik bahwa telah diwisudanya saudara Saiful Fuadi dan berhak menyandang gelar S.Pd.I (sarjana pendidikan islam). Apalagi kemarin semua keluargaku datang dari kampung halamanku Meureudu Pidie Jaya untuk menyambut acara wisudaku. Kami pun sempat berfoto-foto ria (inilah satu hal yang tidak bisa ditinggalkan…hehehe).

Pastinya kita semua sudah tahu bahwa wisuda hanyalah merupakan pelepasan secara resmi mahasiswa/i oleh universitas/sekolah tinggi, ia hanyalah merupakan simbolik bahwa seorang mahasiswa/i telah menyelesaikan pendidikannya. Tapi yang jauh lebih penting adalah hal-hal setelah wisuda itu sendiri, mau ke manakah kita? Mencari kerja atau meneruskan kuliah lagi? Sudah siapkah kita untuk menghadapi dunia kerja?

Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada baiknya kita mengenang kembali ke masa studi kita dulu, berapa buku yang harus kita baca, berapa makalah kuliah yang harus kita buat, berapa laporan yang harus kita susun, berapa banyak praktikum yang harus kita jalani, KPM dan PPL yang harus kita lalui, berapa sering dan lama kita harus menunggu dosen untuk bimbingan atau minta tanda tangan, dan lain sebagainya. Memang harus diakui untuk menjadi seorang sarjana tidaklah mudah. Namun itu adalah yang terbaik untuk kita sebagai bekal kita di masa mendatang.

Masih dalam rangka mengenang kembali ke masa studi dulu, selama kita studi tentu ada yang senantiasa memberikan dukungan moril maupun materil sehingga kita bisa terus mengenyam bangku pendidikan. Siapakah mereka? Betul sekali, mereka adalah kedua orang tua kita. Jangan tanyakan berapa yang harus kita bayarkan untuk pengorbanan mereka. Doa, cinta, kasih sayang, dan motivasi ibu/bapak tentunya tidak bisa dirupiahkan. Berapa banyak rupiah yang telah mereka keluarkan untuk membiayai kuliah kita, perjuangan dan dedikasi mereka agar si anak tetap bisa mengenyam bangku kuliah sampai akhir, mereka rela hidup sederhana asalkan setiap bulan bisa mengirim uang untuk anaknya, serta hal-hal lainnya yang telah mereka berikan dengan tulus dan tanpa meminta imbalan apapun. Mereka hanya ingin anak mereka menjadi orang yang sukses, yang taraf kehidupannya lebih baik dari mereka sekarang. Itulah mereka yang selalu bersedia apa saja untuk masa depan putra/inya, pantaskah bila kemudian kita mengecewakan mereka?

Kembali ke pertanyaan-pertanyaan tersebuat di atas. Saat prosesi wisuda, tentunya seorang mahasiswa senang sekaligus bangga, tapi di sisi lain rata-rata mahasiswa bingung ke mana harus mencari kerja, bayangan pengangguran intelektual di depan mata. Sementara orang tua sudah mengelontorkan biaya hingga titik penghabisan. Tentuanya orang tua menginginkan si anak menjadi orang yang bekerja dan mapan, jangan sampai menjadi pengangguran terdidik.

Setidaknya ada 3 faktor besar yang menyebabkan banyaknya pengangguran di tingkat sarjana, yaitu: Pertama adalah faktor eksternal, yaitu menyempitnya lapangan kerja yang ada, pesatnya lulusan Perguruan Tinggi (PT) tidak diimbangi dengan permintaan dari dunia usaha. Kedua dari PT, kebanyakan PT tidak mempersiapkan para lulusan untuk memiliki kompetensi yang memadai dan menjadikan mahasiswa mandiri. Dan, yang ketiga adalah faktor internal, yaitu dari sarjana itu sendiri, ketika kuliah mereka justru tidak memanfaatkan waktu untuk mengambil ilmu semaksimal mungkin.

Pada selembar kertas kehidupan saudara, Anda pasti sudah menuliskan sebuah kerangka kehidupan entah itu berada pada poin empat, poin enam, atau poin sembilan, sebuah kalimat utama: “saya adalah seorang S.Pd.I, SH, SE, ST, atau S, S, yang lainnya. Saudara kita telah ditempa walaupun masih perlu kita tajamkan lagi agar menjadi pisau yang berguna, kita telah melewati banyak rintangan-rintangan jeram perkuliahan yang memahirkan dan mematangkan pengetahuan, pengalaman, emosi, dan spiritual kita.

Hal yang harus kita ketahuai adalah bahwa wisuda bukanlah tahap akhir dari perjalanan hidup tapi merupakan langkah awal untuk membuka lembaran kehidupan kita yang baru untuk menjadi seorang yang lebih dewasa, lebih matang, dan lebih bisa mandiri. Mungkin saat masih kuliah masih ada yang bermalas-malasan dan belum mempunyai rencana yang jelas untuk kehidupan di masa depannya, sekarang bukanlah saatnya, jangan dibawa sikap-sikap tersebut. Sekarang adalah saatnya untuk bertindak untuk menjadi pejuang bagi masa depan, berjuanglah karena itu sudah menjadi bagian dari diri kita. Berusaha dan senantiasa memohon kepada-Nya untuk kemudahan jalan Anda dalam mengapai mimpi-mimpi Anda. Karena saya yakin saudara punya mimpi-mimpi besar untuk masa depan Anda.

0

ANTIK'05: Bagian ke-2 dari Kisah Kita

Coretan Tangan Saiful Fuadi

Tangan ini tak mau berhenti untuk menulisnya
Banyak hal yang perlu ditulis tentang kita semua

Mulai dari canda, tawa sampai kisah asmara

Semua itu tidak pernah ku lupa

Sahabat…
Alangkah indahnya jika waktu bisa kita putar kembali

Tapi itu suatu hal yang mustahil, pasti tak akan terjadi

Ingatkah kalian saat kita bertahta di HIMMAPTIKA?
Di situlah tempat kita berdiskusi dan berbagi informasi

Semua kita bahu membahu untuk memajukan Matematika
Maulid,
Peduli Kasih, Postulat, IM3 Study Club,
Seminar Pendidikan,
Sampai Ajang Curhat dengan Jurusan

Itu diantaranya sebagian kecil kegiatan yang pernah kita prakarsai

Kekompakan dan persatuanlah yang membuat itu bisa terlaksana

Ingatkah kalian waktu kita semester akhir?
Semua pada sibuk, pustaka dan internet menjadi langganan kita

Itu kita lakukan untuk mempersembahkan sebuah karya ilmiah

Keluhan, coret moret, tunggu pembimbing berjam-jam sampai jengkel

Semua itu sudah menjadi makanan kita selama membimbing

Namun, semua itu menjadi indah saat ACC dibubuhi di lembaran pengesahan
Meja hijau menjadi saksi saat kita mempertahankan tulisan kita

Gugup, salah tingkah, keringat bercucuran, tangan kedinginan

Semua muncul begitu saja saat rentetan pertanyaan dilontarkan oleh penguji

Sahabat…
Berbagai pertanyaan dari penguji bisa kita jawab, walaupun ada yang salah

Dua jam di meja hijaukan terasa begitu singkat

Semua itu tidak terlepas dari dukungan moril sahabat-sahabat ANTIK’05

Ada yang jadi juru foto, juru kamera,
sampai menyiapkan parcel segala
Semua kita lewati secara bersama

Merasa bersalah jika tidak menghadiri sahabat ANTIK’05 yang sidang

Begitulah kuatnya rasa emosional antara kita semua

Sahabat…
Yudisium adalah tahapan selanjutnya yang kita lewati

Hari itu semua kelihatan berbeda, baik laki maupun perempuan

Yang laki-laki gagah dengan jas hitam yang dipadu dengan dasi

Yang perempuan juga tidak kalah cantiknya dengan baju kebayanya

Sampai-sampai mata kaum Adam tidak berkedip waktu memandangnya

6 Maret 2010 adalah hari yang sangat bermakna bagi kita
Toga kebesaran IAIN Ar-Raniry menjadi pakaian kita

Satu persatu namanya dipanggil dan tali topi toga pun dipindahkan dari kiri ke kanan

Itulah secara simbolik menandakan bahwa kita telah diwisuda

Sahabat…
Semua itu begitu cepat terlewati

Semua itu akan ku ingat dan ku kenang

Dan semua itu hanya bisa ku tulis dalam catatan kecil ini


Banda Aceh, 26 Juni 2010

2

ANTIK'05

Coretan Tangan Saiful Fuadi

Sahabat…
Itulah kata-kata yang selalu ku ingat
Tsunami 2004 begitu berlalu
Pertengahan 2005 kita bertemu
Kampus IAIN Ar-Raniry yang kita tuju
Pendidikan Matematika yang menjadi bidang ilmu

Awal kita melangkah ke kampus tercinta
Tidak ada yang menjadi perbedaan diantara kita
Hanya mahasiswa baru yang diberi nama
Semua lugu, semua masih malu-malu
Karena semua masih baru

Selama 4,2 tahun kita bersama
Banyak kenangan kampus yang tidak ku lupa
Banyak diantara kita yang punya talenta
Menjadi aktivis kampus diantaranya
Tiap hari selalu memperjuangkan nasib mahasiswa
Suatu kerja yang sangat mulia

Ada lagi yang jago bermain bola
Kemana-mana selalu ada yang memakai jasanya
Tak hanya itu, pintar gosipin orang juga ada
Tiap hari selalu ada yang menjadi bahan bicara

Jangan lupa, ada juga yang pintar matematika
Hanya “Sang Master” yang pantas dipanggil untuknya
Ada juga yang lemah lembut suaranya
Bisa-bisa kita larut dalam kata-katanya

Jarang ke kampus, telat masuk kuliah
Kalau itu, semua kita sekali-kali ada lah
Alasannya hanya karena macet di jalan
Padahal memang telat beneran

Sahabat…
Apapun talenta yang kita miliki
Hanya ANTIK’05 yang membuat kompak diantara kita
Kemanapun kita pergi
Hanya ANTIK’05 yang mempersatukan kita

Banda Aceh, 25 Juni 2010

Diberdayakan oleh Blogger.